Copyright © Yeah Dimar!
Design by Dzignine
Thursday 2 May 2013

Hari Pendidikan Nasional

Mungkin terlalu malam untuk mengucapkan 'Selamat Hari Pendidikan Nasional' bagi seluruh pelaku pendidikan yang ada di Indonesia, tapi saya selalu percaya bahwa tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu. Yup, kalau 1 Mei ditetapkan sebagai 'Hari Buruh' se-dunia, 2 Mei ditetapkan sebagai 'Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS)'.

Kenapa harus tanggal 2 Mei untuk ditetapkan menjadi Hardiknas? Karena untuk menghormati Ki Hajar Dewantara, seorang pahlawan nasional yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889, yang kemudian 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959.

Saya ingin sedikit memberi opini tentang Hardiknas. Mohon maaf, bukannya saya 'sok pintar' atau 'sok tahu' tapi hanya sebagai refleksi untuk kita semua, masyarakat Indonesia. Saya memang bukan pakar pendidikan, tapi karena saya seorang pelajar yang secara langsung mengalami sistem pendidikan yang ada di Indonesia maka saya 'agak' sedikit mengerti dan hanya ingin menuangkan pikiran di blog ini.

Kalau kita telaah lebih dalam, pendidikan di Indonesia sudah diperingati mulai tahun 1959, jelas ini bukan suatu hal yang baru, tapi bagaimana dengan efek yang dihasilkan? Apa yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia?

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud) telah banyak melakukan kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Wajib belajar 9 tahun, dan segala macam kebijakan-kebijakan yang telah dibuat. Menurut pendapat saya, semua program itu sudah berjalan dengan baik. Saya sangat berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia dengan adanya kebijakan-kebijakan tersebut. Namun, pada kenyataannya semua itu tidak terlaksana dengan rata di Indonesia. Banyak media-media yang mengekspos mengenai masalah pendidikan di Indonesia baik itu media cetak maupun elektronik. Sudah bukan rahasia umum bahwasanya aparatur negara belum memerhatikan daerah-daerah yang terpencil yang ada di Indonesia. Terasa seperti ada lubang besar yang membatasi kami yang tinggal di dekat pusat pemerintahan Indonesia dengan mereka yang tinggal di daerah terpencil ataupun perbatasan. Seperti tidak ada habisnya membahas masalah ini, entah harus berapa lama lagi kami (Bangsa Indonesia, para pelajar Indonesia) untuk duduk sama rendah berdiri sama tinggi dalam mendapatkan pendidikan yang layak.

Banyak anak Indonesia yang memang sangat mampu secara 'otak' untuk bersaing secara sehat di sekolah-sekolah bonafit tidak dapat bersekolah di sekolah tersebut hanya karena keterbatasan biaya. Inikah esensi 'Pendidikan' ? Memang kita butuh berfikir secara realistis bahwasanya setiap orang butuh materi, tapi apa jadinya jika Indonesia memiliki aset yang sangat hebat untuk memajukan negara ini, untuk meneruskan perjuangan ayahanda kami tapi tidak dimanfaatkan dengan maksimal?

Disini saya ingin mengadukan keluh kesah kami sebagai Pelajar Indonesia, yang pertama mengenai Ujian Nasional. Ujian Nasional adalah sebuah momok yang sangat menakutkan untuk sebagian dari kami. Kenapa seperti itu? Karena, usaha kami belajar selama kurang lebih 3 tahun ditentukan dalam 4 hari. Berdasarkan hal tersebut, tidak sedikit pelajar yang berfikiran sempit untuk mengambil 'jalan kiri' demi mereka bisa lulus dari Ujian Nasional. Bukankah Indonesia adalah negara yang percaya dengan Tuhan YME ? Kalau ada pelajar yang melakukan kecurangan dan dibantu oleh sebagian oknum dari sekolah mereka, apakah masih bisa kita menyebut Indonesia sebagai negara yang percaya dengan Tuhan YME? Saya tidak yakin, karena menurut saya dengan mereka berlaku seperti itu seolah-olah mereka menyampingkan perbuatan duniawi dengan akhirat. Lantas siapa yang harus disalahkan?

Permasalahan selanjutnya adalah tidak semua pendidikan yang ada di daerah-daerah Indonesia itu sama. Kalau begitu mengapa Ujian Nasional masih diadakan? Sudah jelas dari namanya saja 'Nasional' tapi apakah porsi yang didapatkan pelajar Indonesia sama?

Hal yang lebih menakutkan lagi adalah ketika kami sudah bersungguh-sungguh belajar untuk menghadapi Ujian Nasional tapi karena kesalahan teknis jawaban kami tidak terdeteksi dengan baik. Hal ini pernah dialami oleh beberapa pelajar Indonesia, dikoreksi dengan menggunakan komputer jawaban mereka salah tapi setelah dikoreksi manual ternyata jawaban mereka benar, ternyata pengoreksi salah memasukan kunci jawaban, lucu kah?

Hal yang paling miris adalah Ujian Nasional 2013. Soal-soal yang tidak terdistribusi dengan baik, kualitas kertas yang tidak maksimal seolah-olah mencoreng pendidikan yang ada di Indonesia. Terlebih lagi ada dugaan korupsi terhadap tender pencetak naskah Ujian Nasional yang dilakukan Kemendikbud. Katanya menjadi tolak ukur kelulusan, kok malah kacau balau seperti ini?

Lantas pantaskah Ujian Nasional dihapus? Silahkan berasumsi sendiri.

Yang jelas semoga, dengan diperingati Hari Pendidikan Nasional pada hari ini menjadi pengingat pendidikan di Indonesia harus bisa lebih baik lagi dari yang sudah-sudah. Mari sama-sama kita doakan bangsa ini, negara yang kita cintai ini agar semakin cepat menjadi negara maju yang disegani oleh negara-negara lain karena akhlak yang mulia dan kecerdasan bangsa ini.

Mohon maaf bila ada kesalahan kata, karena saya hanya menuangkan aspirasi saya.
Terimakasih telah membaca tulisan saya ini. HIDUPLAH INDONESIA RAYA!!! :)

written by dmr

0 comments:

Post a Comment